"Terima Kasih, Cinta"

"Terima Kasih, Cinta (Rayon PMII IBNU SINA)"


Saat saling mengerti bukan lagi milik kita, aku tahu ini yang terbaik. Menanggalkan satu menjadi dua. Menanggalkan kamu menjadi aku dan dia. Aku memilih untuk berbalik badan, memunggungimu, bukanlah karena sayang telah menghilang. Namun, karena aku tahu dengan berjalan tanpaku untuk bergandengan adalah yang terbaik aku dan untukmu.

Mengenalmu adalah anugerah besar yang dihadiahi Allah untukku. Berpita cinta, berbungkus bahagia, lengkap sempurna dalam wujud kamu. Bahkan untukku, kamu bukan sekedar anugerah, tetapi kamu juga rumah, tempat segala cerita terurai indah. Tentang suka, duka, maupun luka. Tentang percaya, juga kecewa. Serta, gelak hingga bahak yang berujung sesak maupun isak.

Aku mencintaimu selamanya, bahkan disaat badan ini tidak lagi berada satu rumah lagi. Mengangankan sosok yang seperti dulu walaupun hanya sekedar bayang. Bahkan, hingga akhirnya angin melenyapkan segala tentangmu dalam satu hembusan. Namun, berbeda dengan segala kehendak Allah. Karena pada akhirnya, Aku dan kamu tidak akan pernah terpisahkan,sampai Aku berfikir selama bumi ini masih dipijak cintaku kepadamu tidak akan luntur.

Memilikimu walau pun sebentar. Bahagia tepat kunamai “kamu”. Karena bagiku, dulu, tak ada alasan untuk tak menamainya dengan itu. Aku menitipkan hati padamu, pun sebaliknya. Sampai akhirnya masing-masing kita punya jalan sendiri. Segala cerita Aku tulis pelan-pelan, juga doa-doa yang tak pernah henti terpanjatkan, meski hanya sekedar ‘semoga senyuman tak pernah lupa singgah di genggaman kami, yaAllah’

Darimu, aku juga banyak belajar. Belajar bagaimana memperjuangkan, belajar membahagiakan, juga bagaimana untuk terus bertahan hingga akhirnya belajar merelakan ketika harus Terpisah. Dan kini, aku memang harus benar-benar belajar. Belajar untuk kembali terbiasa tanpamu, juga mengikhlaskan yang pernah menjadi milik kita.

Aku pergi bukan untuk meninggalkan. Aku pergi, hanya agar bahagia yang menghampiri nanti lebih dari yang kita dapatkan dulu. Aku pergi bukan karena tak lagi mampu mengerti akan segala kesibukanmu yang sekarang. Aku pergi, karena aku mengerti kita harus berpisah demi kebaikan kita. Aku pergi bukan untuk menyakiti. Aku pergi, hanya agar kamu mampu melangkah lebih baik dari yang dulu pernah kita lalui bersama.

Aku juga bukan lelah. Hanya saja, cinta tak tahu lagi harus kemana mengarah.Mungkin lewat doa-doa yang kupanjatkan dan cerita ini. Karena bagiku, memperjuangkan hati yang memunggungi hanyalah berakhir sia-sia karna aku bukan siap-siap lagi. Karena bagiku, cinta tak mungkin tak membahagiakan, kecuali memang tiada lagi cinta.

Tak pernah terbesit di benakku untuk berakhir seperti ini. Namun, dari pada cerita menggantung dalam koma, lebih baik cepat diberi titik. Ini memang bukan yang terbaik, bahkan bagiku ini adalah hal terburuk, yang memang akan membuat segalanya menjadi baik.

Terima kasih, Cinta. Akan segala kisah yang telah terukir selama detik-detik dan detak hati yang pernah ada. Terimakasih pembelajaran yang telah diberikan dan saya tidak mau menutup buku ini. Berjalan tanpa bergandengan dan mulai saling berubah haluan tak satu tujuan. Biarlah lembar demi lembar cerita kita dulu terus terpupuk dalam ingatan ini. Aku memohon Izin kan hatiku ini untuk terus mencintaimu. Kita berakhir bukan untuk benar-benar berpisah, hanya saja memang sudah saatnya sebuah titik diberikan pada segala kisah. Kini, berdiamlah di masa laluku. Menjadi masa lalu tebaik dengan lembar kenang paling menarik. Aku mencintaimu, sebagai apa yang pernah kuperjuangkan juga apa yang harus kulupakan.

Suatu hari nanti kamu pasti akan mengerti, bahwa memperjuangkan, bertahan, merelakan dan memutuskan suatu keputusan, tak pernah lebih mudah cuma memikirkanmu.
Terimakasih banyak Ibnu Sina terimakasih  banyak Ketua Rayonku pertama terimakasih sahabat-sahabatiku Ibnu Sina LAVIDA Terimakasih banyak Tuhan yang telah menemukan kita Cinta.

Slamet Rianto, Mahasiswa

Komentar