Penanaman Ideologi melalui Teori
Hegemoni Di Kampus Universitas Negeri Malang Melalui perubahan warna Jas
Almamater
Oleh: Slamet Rianto, Kader PMII Komisariat Sunan Kalijaga, Universitas
Negeri Malang
Beberapa waktu terakhir Universitas Negeri Malang melakukan registrasi
ulang mahasiswa baru Universitas Negeri Malang jalur SBMPTN 2018 pada hari
selasa (10/7) yang rutin dilakukan tiap tahunya. Jalur penerimaan mahasiswa
baru Universitas Negeri Malang yang meliputi jalur masuk dari negara SNMPTN,
SBMPTN dan jalur Prestasi Mandiri dan jalur Mandiri Universitas Negeri Malang,
yang sebenarnya kalau kita kritisi jalur masuk mandir di seluruh universitas
negeri yang di naungi negara ini adalah bentuk otonom dari Universitas terkait
jalur mahasiswa masuk perguruan tinggi, karena jalur masuk mandiri tidak ada
peraturan dari Kementrian Riset Dikti secara tidak langsung kampus membuat
kebijakanya sendiri dalam penerimaan mahasiswa baru.
Hal yang menarik dalam registrasi ulang mahasiswa baru tahun 2018
Universitas Negeri Malang kusunya di jalur SBMPTN kali ini, yang menjadi aneh
dari regristrasi jalur SBMPTN tahun ini dari pada tahun-tahun sebelumya bukanya
jumlah kuantitas yang signifikan yang naik dari pada tahun-tahun sebelumnya
terkait mahaiswa baru jalur SBMPTN yang melakukan regristrasi, melainkan
perubahan jas almamater UM yang diberikan kepada mahasiswa baru, dari sebelumya
yang biru dongker menjadi biru Navy.
Adanya perubahan warna jas almamater UM yang begitu kontras dari biru
dongker menjadi biru navy ini memunculkan polemik di kalangan civitas akademik
Universitas Negeri Malang (UM) kususnya dikalangan mahasiswa baru dan mahasiswa
lama, terkait perubahan warna jas almamater UM ini, dari yang kontra maupun senang
dengan perubahan warna jas almamater UM ini. Kemudian munculah berbagai macam
persepsi seseorang atau kelompok yang mencoba mengkaitkan masalah ini dalam
ranah politik kampus terkait perorangan maupun kelompokkan organisasi mahasiswa
intra kampus maupun ekstra, yaitu secara fakta di lapangan tahun 2018 adalah
tahun politik di Indonesia yang akan segera melakukan pemilihan Presiden Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maupun Manifesto dalam tatanan Birokrasi
Rektor UM yang mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia kalau kampus
Universitas Negeri Malang adalah kampus Bumi Arema yang terletak di Kota Malang
yang kental dengan warna birunya, maupun cara diskriminisasi mahasiswa lama
yang yang masih memakai jas almamater UM biru dongker agar menpercepat
regenerasi mahasiwa di kampus Universitas Negeri Malang. Maupun penanaman
Ideologi secara kultur masyarakat UM yang biasanya di teorikan dalam teori
Antonio Gramsi salah satu kaum Marxis Negara Italia dalam teori Hegemoni dan
Negara yaitu penanaman Ideologi dari struktural pemerintahan kepada rakyatnya
melalui kebijakan yang di turunkan yang secara tidak sadar masyarakat akan
mengikutinya dan tidak menyadarinya lewat kultur dan kebiasaan masyarakatnya
atau kulturalnya.
Apabila mengacu pada teori Semiotika-Roland Barthes dengan mencoba
memberikan makna konotasi yang identik dengan operasi ideologi, maka hal
tersebut berfungsi sebagai pengungkapan dan efek pembenaran nilai-nilai dominan
dalam suatu periode tertentu. Hal tersebut sangat jelas mengingat Rektor Universitas
Negeri Malang Bapak Prof. Dr. Ah Rofi'uddin, M. Pd. sendiri merupakan
alumni kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang dalam hal ini
mencoba membangun paradigma lewat kultur masyarakatnya akan status tersebut
bagi dirinya sendiri dan kelangsungan kader-kader baru PMII nantinya.
Sebagai pengenalan awal bagi mahasiswa baru UM tahun 2018 yaitu dengan
perubahan warna jas almamater UM yang sama persis dengan jas almamater Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia, secara tidak langsung kampus Universitas
Negeri Malang ini adalah kampus pergerakan bagi kader-kader pergerakan
khususnya PMII itu sendiri. Dengan demikian, timbulah upaya Rektorat dalam
meng-hegemoni (dalam Teori Antonio Gramsci) kampus dengan penanaman kultural
melalui atribut mahasiswa yang pasti setiap masyarakat kampus pasti
membutuhkanya berupa jas almamater Universitas Negeri Malang.
Sehingga, secara tidak langsung upaya hegemoni yang dilakukan secara
kultural akan menjadi pembenaran umum bahwa kampus sedang melakukan proses
kaderisasi secara persuasif yang dilakukan langsung dari pihak struktural
pemerintahan kampus Universitas Negeri Malang.
Namun, hal ini bukanlah kebenaran mutlak sehingga menjadi umum dan benar,
tetapi hanya sebagai upaya pemaknaan tersirat bagi kader-kader Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Negeri Malang (PMII Komisariat Sunan
Kalijaga, Kota Malang) dalam menyikapi hal tersebut dalam hal yang positif dan
bisa menjadi pembelajaran bagi kader-kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Universitas Negeri Malang itu sendiri. Mungkin upaya yang dilakukan birokrasi
Rektor Universitas Negeri Malang ini,bisa disikapi hal yang positif bagi semua
civitas Universitas Negeri Malang mahasiswa maupun tenaga kerja Universitas
Nageri Malang, yang berusaha mereformasi dinamika kampus UM yang mengupayakan
semakin menuju ke langit dengan upaya merubah jas almamater Universitas Negeri
Malang.
Kita sebagai mahasiswa dan warga Universitas Negeri Malang harus berfikir
positif atas upaya Rektor yang menginginkan kemajuan secara menyeluruh dinamika
kampus UM yang diawali dengan perubahan jas almamater UM. Dari upaya yang
sebelumya dari wacana Rektorat UM dari perubahan. Perguruan Tinggi Negeri Badan
Layanan Umum (PTN-BLU) yang menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum
(PTN-BH) yang tercantum dalam Undang-undang Perguruan Tinggi Negeri Nomor 12
Tahun 2012 maupun rencana pendirian Fakultas Kedokteran dan Rumah sakit di
kampus dua Universitas Negeri Malang di Kecamatan Sawojajar, Kota Malang dan
yang baru ini perubahan jas almamater UM yang sudah terrealisasi. Kalau kita
mengaitkan dalam kehidupan manusia di dunia dengan teorinya Ibnu Kholdun
Dinamika Sosial Masyarakat yang sangat relefan di kehidupan berbangsa dan
bernegara masyarakat terkait lembaga Universitas Negeri Malang ini yaitu hidup
manusia pasti secara rengkarnasi menuju Kelahir, Berkembang, Dewasa dan Mati
menuju yang lebih rasional dan maju tingal menuju waktu, inilah menurut
saya keterkaitan dinamika di kampus Universitas Negeri Malang.
Hal yang saya bisa saya tangkap dalam dinamika kampus Universitas Negeri
Malang ini dan sebagai kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas
Negeri Malang, kalau seyokyanya birokrasi Rektor sudah mengeluarkan manufernya
dalam upaya merubah dinamika kampus UM kearah yang lebih baik, dan upaya kita
yang menagapi dinamika, kita juga harus terpacu dalam hidup bermasyarakat
kearah yang lebuh baik dan semakain rasional dalam berkontribusi dalam
kehidupan bermasyarakat, maupun dalam kehidupan berorganisasi kusunya ber-PMII.
Mari terpacu ke arah yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat, tidak hanya
tangap isu yang beredar di sekitar kita tapi juga berfikir besar setelah itu
bertindak slogan yang diucapkan bapak Republik kita Tan Malaka dalam meyikapi isu
dan realita yang beredar dikehidupan kita dalam bermasyarakat.
Tergantung kita dengan realita ini kita tetap tertidur untuk melanjutkan
mimpi atau bangun untuk mengejar dan mengapai mimpi kita dan semoga tulisan
perkembangan dari diskusi sahabat saya Margo Teguh Sampurno ini disikapi dengan
hal yang positif dan bisa bermanfaat bagi kemajuan yang baik bagi seluruh
kemajuan umat manusia.
#59TahunPMII #HarlahPMII59 #pmii #harlahpmii #17April1960 #SalamPergerakan
Komentar
Posting Komentar