Hegemoni
Birokrasi Mahasiswa
Oleh: Slamet Rianto, Mahasiswa Kota Malang
Mahasiswa adalah masa-masa seseorang memiliki Idialisme
besar-besarnya. Mengutip argumen Tan Malaka “keistimewaan
terakir yang dimilik pemuda adalah Idealisme”. Tetapi apa pantaskan
idealisme yang terlalu besar diterapkan dinegara yang notaben sekarang
memerlukan pemuda-pemuda yang bermoral dan mermartabat?
Seperti yang pernah dikatakan oleh Nietzsche “tidak sepantaskan akal budi manusia
digunakan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, tapi ikiran
manusia selayaknya digunakan untuk mencapai kekuasaan” apakah ini yang
dikatakan mahasiswa sekarang ? dan apakah ini kah yang dikatakan Idealismenya
dan moralitas mahasiswa sekarang didalam kampus ? fenomena pergerakan mahasiswa
didalam kampus memang bukan rahasia umum lagi, kalau perilaku mahasiswa
sekarang di dalam kampus hanya terbentuk sebagai komunal-komunal yang tidak punya
tangung jawab terhadap mahasiswa lain terutama terhadap komunal mahasiswa di
dalam kampus mereka.
Hegemoni tidak hanya membahas negara maupun kelas sosial
antara kaum Borjuis birokrasi struktural dan kaum Proletan yang diistilahkan
oleh Kael Marx. Status julukan nama-nama hegemoni ini tidak saja terjadi
dibenua Eropa. Di Indonesia momen Demokrasi adalah momen yang paling mencolok
terjadinya Hegemoni kekuasaan suatu kelompok atas kelompok lain, dimomen
demokrasi ini persaingan suatu Partai politik terhadap Partai politik lain maupun
kualisi Partai politik untuk mencapai kekuasaan ditatanan pemerintahan negera.
Hegemoni negara juga terjadi ditatanan dunia kampus terkait mahasiwa yang
berkencipung di dunia organisasi mahasiswa kampus itu sendiri sangat terasakan
di dunia mahasiswa, birokrasi organisasi mahasiswa dikampus tidak jauh beda
dengan birokrasi pemerintahan suatu negara, birokrasi organisasi mahasiswa kampus
selayaknya adalah contoh miniatur sebuah dinamika birokrasi negara.
Hegemoni mahasiswa tidak halnya hanya masalah moral mahasiwa
didalam kampus. Hegemoni bukan masalah kita berlogika tapi lebih cenderung ke
moral tindakan mahasiswa terhada mahasiswa lain terkait birokrasi mahasiswa dan
peran mahasiswa di dalam kelas mauun di organisasi kampus. Hegemoni mahasiswa
di kampus tidak layak sebagai ajang perpolitikan kalau hanya yang bertujuan
hanya kekuasaan semata. Harus disadari pembelajaran perolitikan dilingkup
kampus tidak hanya istilah menang dan kalah terhadap mahasiswa lainya, tapi
pembelajaran perolitikan didalam kampus bertujuan hanya salah satu cara
mahasiswa menjalin jaringan komunikasi dengan mahasiwa lainya.
Banyak mahasiswa yang salah bertindak dan memahami politik
yang sesunguhnya, perpolitikan mahasiswa jangan di istilahkan atau di asumsikan
hanya sebuah cara mencapai kemenangan, tapi berpolitik harus di istilahkan
menciptakan manusia yang seutuhnya atas status kemanusianya karena Mahbub
Junaidi pernah berkata ”Ajaklah anakmu
saat umur sepuluh tahun ke kebun binatan dan bisikan ke telinganya “apakah kamu
mau menjadi seperti mereka? Karena mereka adalah manusia yang tidak mau tau apa
itu politik, tapi kalau kalau hewan yang
berpolitik itu di namakan manusia” politik jangan di asumsikan hanya sebuah
cara untuk mencapai kemenangan tapi harus di pahami pembelajaran manusia untuk
menjadi manusia seutuhnya itu lah yang dinamakan politik moralitas manusia.
Pembelajaran mahasiswa seperti ini tidak mereka dapatkan
dengan sendirinya, pembelajaran menguasai, menduduki mahasiswa lain ini mereka
dapat dari mahasiswa yang sebelumya telah terlebih dulu melakukan ini, secara
langsung maupun tidak langsung mereka dapat melakukan seperti ini karena
dorongan dari kelomok mereka maupun kepentingan mereka sendiri terkait istilahnya
pembelajaran bagi mereka. Tapi harus dingat massa muda adalah pembelajaran
karakter yang di landasi moral, kalau pembelajaran tanpa dilandasi moralitas sama
saja hasil pembelajaran tersebut hanya untuk kepentingan segelintir kelompok
saja tanpa menghiraukan keuntungan seluruh umat manusia. Yang akan terjadi
mahasiswa yang terhegemoni tersebut akan merugi dan akan memutus komunikasi
antar mahasiswa tersebut, alhasil semakin banyaknya mahasiswa yang yang menjadi
terpecah belah dan semakin menciptakan komunal-komunal mahasiswa didalam kampus
tersebut dampak yang terjadi mahasiswa semakin kehilangan ghiroh persatuan mahasiswa
mereka terkait persatua atas nama mahasiswa sebagai Agent of Change, Social Control, Iron Stock
.
Harus disadari dalam sejarah mahasiwa Indonesia penah
bersatu padu merebut demokrasi di Indonesia ada rezim orde baru 1998, apakah
sejarah ini berbalik menyerang mahasiswa sendiri di zaman paska Revormasi 1998
ini ? dampak yang dirasakan atas hegemoni
mahasiwa didalam kampus setelah pengulingan rezim orde baru yang terasa
sekarang pergerakan atas nama mahasiswa semakin meredup, mahasiswa terlalu
aktif mengurusin internal kampus mereka yang belum tentu mereka dapat terselesaikan
di internal kampus mereka terhadap mahasiswa lain. Inilah dampak hegemoni mahasiswa
di dalam kampus, inilah yang dikatakan mereka mengatas namakan pembelajaran tanpa
mengedepankan moralitas pembelajaran atas nama mahasiswa yang dampak ujung-ujung
ya mahasiswa tidak melek wacana sosial di lingkup masyarakat atas kebijakan pemerintahan
negera mereka, tapi terlalu sibuk melek wacana di lingkup kecil atas nama
mahasiswa di dalam kampus mereka sendiri sebagai Agent of Change, Social Control, Iron Stock.
#GantiGerakanMahasiswabaru
#GerakanMahasiswaBaruMenolakPunah
Komentar
Posting Komentar