Peran PMII untuk Masyarakat


 
Peran PMII untuk Masyarakat
Oleh : Slamet Rianto, Kader PMII Kota Malang
Peran mahasiswa sebagai Agent of Change, Social Control yang sudah digariskan sebagai tugas seorang mahaiswa sejak nama seseorang mendapat status kemahasiswanya di perguruan tinggi maupun diakui di masyarakat, di zaman Nestawa manusia moderen ini, adalah zaman moderen jangan sampai dikira zaman manusia moderen sekarang ini adalah zaman yang paling maju di zaman peradapan manusia di muka bumi, sebelum ada zaman yang dinamakan moderen sekarang ini sudah ada zaman yang lebih hebat dari zaman sekarang yaitu zaman Mesir kuno, Cina kuno, Babilonia dan tidak ketingalan lagi zaman peradapan Islam, manusia sekarang yang dikatakan manusia moderen hanya mengedepankan Rasionalitas dan kontenporer di zaman sekarang mereka dalam berperilaku dan bersikap dalam tatanan sosial bermayarakat, kususnya di masyarakat barat masyarakat Eropa, teori-teori yang mereka kembangkan sesuai kontenporer sekarang hanya berlandaskan rasionalitas tanpa memperdulikan Ilmu Metafisika atau ilmu kebatinan yang tidak nampak di panca indra manusia, hal-hal yang tidak nampak dan tidak rasional mereka angap gaib dan sebainya, walaupun sebenarnya metafisika yang terjadi di masyarakat, tapi mereka hanya mengangap itu semua hanya kebetulan dan tahayul. Karena itu perkembangan zaman sekarang menuntut mahasiswa melakukan perubahan paradikma dengan perkembangan zaman yang begitu cepat. Yang hanya dulunya hanya sebagai penyambung lidah masyarakat antara wakil rakyat ya di tatanan birokrasi pemerintahan dengan tujuan wakil rakyat mereka dapat mendengar keluh kesah maupun aspirasi dari kebijkan yang telah dikeluarkan negara mereka, yang dimana terjadi sebuah sekat antara keduanya, sehingga mahasiswa datang untuk mengisih kekosongan tersebut untuk memainkan perannya.Dimana pada waktu media massa tidak dapat berperan untuk penyampai aspirasi dan dengan sengaja membungkam kejadian yang sebenarnya terjadi dimasyarakat. Namun tantanagn zaman yang semakin cepat ini peran itu mulai dimulai oleh segelintir mahasiswa yang peduli atas realita tersebut. 

Semakin berkembangya media massa, yang semakin mudah untuk di nikmatin masyarakat dan semakin banyaknya akses-akses media massa dan organisasi masyarakat (ORMAS) yang mulai aktif dan sadar memperjuangkan masyarakat ke-ranah yang lebih baik. Kalau dulunya kita melihat historis peranan mahasiswa yang sering melakukan aksi masa, turun kejalan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Mulai dari aksi demontrasi yang dulunya dipandang sangat exsis dikalangan aktivis mahasiswa.

Sekarang organisasi pergerakan mahasiswa berusaha untuk tampil lagi di zaman moderen saat ini, yang dulunya sempat meredup peran mahasiswa dalam membela perjuangan rakyat, karena terhegemoni oleh budaya asing yang tertanan cepat lewat media massa yang tak terkontrol di masyarakat atas semakin majunya perkembangan zaman yang menginginkan negara Indonesia yang menjadi  negara yang maju dalam tatanan masyarakat dunia. Ditatanan organisasi pergerakan mahasiswa kususnya organisasi. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kini mulai dipandang tak eksis lagi, karena memang peranannya sekarang sudah mengalami pergeseran. Masyarakat kini lebih senang memandang sesuatu yang lebih pragmatis dan kontenporer sehingga mahasiswa dituntut untuk kembali ke masyarakat dan mengambil peran yang nyata dalam pembangunan bangsa ini, mulai dari pembangunan dalam berbagai segi seperti sosial budaya, ekonomi sampai dengan sosial politik.

Selain sebagai organisasi yang hadir dan menjadi bagian dari civil society sosial masyarakat menurut saya sebagai kader PMII, organisasi PMII adalah nilai, dan ia bersifat substasial, ajaran dan ideologisasiya. Nilai dalam perspektif sosial antropologi adalah sesuatu yang dihormati oleh masyarakat yang terbentuk atas proses interaksi masyarakat sehingga ia menjadi sebuah kesepakatan, dan nilai itu sendiri tidak terbentuk secara konvensional sehingga ia menjadi sebuah prestasi dan alat ukur baik buruk, indah dan segala macam. Begitu juga dengan posisi PMII, ia memiliki kedudukan yang prsetise ditengah masyarakat selain sebagai kaum terpelajar yang menyandang status kaum intelektual oleh sebab itu ia diberikan kepercayaan sepenuhnya dalam memainkan perannya dan  bertanggung jawab terhadap perubahan baik dalam aspek sosial kebudayaan, sosial politik dan Agama untuk kemaslahatan umat manusia.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dalam realitas masyarakat menurut saya ada 2 hal pertama dibaca melalui analisis interal organisasi, kedua analisis eksternal. Analisis internal salah satunya adalah analisis kualitas kader itu sendiri, Sebagai organisasi kaderisasi yang berdimensi ke-pemudaan PMII Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan kualitas warganya dalam  proses kaderisasi formal, informal dan non formal dalam pembelajaran PMII, jika tuntutan kuantitas kader PMII sekarang sudah mendewasakan organisasi ini dan kualitas, karakter dan profesialisme kader PMII adalah prioritas utama di saat sekarang ini dalam tatanan masyarakat moderen yang semakin maju ini. Dalam tatanan bermacam-macam organisasi-organisasi masyarakat yang semakin banyak sekarang, tentu citra diri kader PMII dalam potret PMII dan masyarakat bernegara kususnya adalah kader itu sendiri sehingga dalam memainkan perannya PMII tidak kerepotan untuk menduduki posisi strategis dalam medan perjuangannya kalau setiap kader PMII secara kualitas sangat mumpuni dalam peran bermasyarakat dan di internal PMII itu sendiri. 

Sedangkan analisis eksternal adalah meliputi dari peran kader atau alumni dalam sosial politik dan sosial kemasyarakatan, semakin sempit ruang gerakan PMII dan menipisinya peran yang dimainkan sebagai konsekwensi logis dari pola perilaku pragmatisme kader, fenomana sekarang sering kali kita menjumpai kader PMII yang ikut serta dalam percaturan politik praktis, jadi makelar politik, pelacur politik, batu loncatan politik dan segala macamnya, independensi idealisme mulai terkikis habis, bahkan tak jarang juga menjumpai kader-kader PMII melakukan perbuatan amoral, terlibat tawuran, dalam hal ini krisis keteladanan. Itulah potret dan probelematika kader yang seharusnya menjadi skala prioritas utama dalam mengevaluasi, membaca ulang untuk kemudian dilakukan perubahan besar-besaran secara system dan pendidikan karakter Kader PMII.

Dengan demikian, kontribusi PMII terhadap bangsa ini adalah kualitas dan karakter kader itu sendiri. Ketika PMII dengan sikap kritisnya dan tranformatif dalam merumuskan masyarakat yang dicita-citakan. Maka sikap itu kaitannya dengan kemampuan untuk bersikap mandiri atau idependent. Kemandirian, independent berarti keberanian untuk memakai akal budi, kemampuan penggunaan penalaran yang obyektif dan kritis tanpa terikat oleh apapun. Kemandirian dalam mengambil sikap dan tindakan tidak terpengaru oleh kekuatan dan tantangan apapun, menyuarakan nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan, jika hal ini yang melekat dalam diri kader maka kontribusi PMII adalah kader itu sendiri.

Selain peranan strategis diatas masih ada berbagai macam tantangan yang harus di hadapi, diantaranya yakni mulai terkikisnya kebudayaan yang ada. Dibuktikan dengan fakta bahwa mahasiswa sekarang pada umumnya dengan kapasitas intelektual dan kemampuan memperoleh informasi dan budaya dari luar yang malah membuat mahasiswa menjadi cenderung latah dengan budaya luar yang masuk dan menganggap budaya luar lebih modern dan glamor lebih cocok dengan kapasitaas intelektual mereka dan menganggap bahwa kebudayaan yang berasal dari bangsa sendiri sudah kuno dan tak cocok lagi bagi kapasitas intelektual mereka (Teori Hegemoni dan Budaya Negara – Antonio Gramsi).
 
Melihat keadaan seperti ini gerakan mahasiswa mempunyai peranan penting sebagai bagian dari sekelumit mahasiswa yang peduli akan permasalahan-permasalan yang ada dimasyarakat dan bangsa ini. PMII sebagai sebuah wadah gerakan mahasiswa mempunyai peluang yang besar dalam mengambil peran untuk menjawab tantangan-tantangan kebudayaan bangsa ini. Secara ghiroh perjuangan PMII yang menganut paham ”Ahlus Sunnah Wal Jamaah” (Aswaja) yang juga merupakan cirri khas masyarakat Indonesia khususnya Islam di Indonesia sebagai metode dalam pergerakan dalam bersikap termasuk dalam hal kebudayaan. Dalam hal ini empat nilai aswaja yakin tawassuth, tasamuh, tawazun, dan ta’adul.harus ditetapkan sebagai landasan untuk menghadapi tantangan yang ada. Dalam menjalankan peranannya kader PMII harus melandaskan gerakan dengan empat nilai tersebut, dengan mengembangkan sikap moderat, toleran, seimbang, dan adil dalam menyikapi masalah kebudayaan baik dari dalam berupa disintegrasi kebudayaan maupun dari luar berupa penetrasi kebudayaan asing. Dengan menjaga tradisi yang baik dan mengambil sebuah tradisi yang lebih baik untuk dijadikan prinsip untuk melestarikan kebudayaan kita yang asli dengan mengembangkan kebudayaan yang lebih baik tanpa menghilangkan kebudayaan kita yang sebenarnya mungkin menjadi sebuah prinsip yang tepat untuk  menghadapi tantangan pada masa sekarang ini.

Hidup Mahasiswa !!!
Hidup PMII !!!

Komentar

  1. Keren Met, nek sek suka ngeblog, blog tentang pmii genku judul e intelektualpergerakan.blogspot.co.id

    Saran buat nulis selanjutnya met. Sebaiknya kalau nulis paragrafnya pendek saja. Kalau terlalu panjang, yang membaca susah napas.

    Kalau pendek kan enak, tiap paragraf, bahkan tiap kata bisa napas dulu. Baru dilanjut membaca.

    BalasHapus

Posting Komentar