Ada 2 format besar gerakan PMII ke depan..yg perlu dilakukan.
1. Sterilisasi internal PMII dari anasir2 non Nahdliyin.
Atau paling tidak, minimal masih memiliki keberpihakan intelektual dg wacana yg dibangun nahliyin.
Sprt Virdika...dia bukanlah dari kalangan elit NU, keberpihakan dia karena kedekatan secara ide dg Gus Dur. Itu pengakuan beliau sendiri.
Nah...jika ada calon kader yg sprt itu, itu bisa dikategorikan NU kultural.
2. Sterilisasi ANSOR/BANSER dari orang2 NU yg sudah jd Kader HMI.
Ini ada 2 kemungkinan. Mereka masuk HMI karena tak tahu. Tak sengaja..atau terjebak. Tapi Intinya...saya banyak menjumpai kader ANSOR/BANSER yg ternyata waktu kuliah jd kader HMI tulen.
Disitu ada pertanyaan besar. Berkaitan dg awal masuk HMI dan pasca jd kader HMI..apa motivasi mrk masuk BANSER/ANSOR???
3. Tentang dokumen yg berisi Arahan FB pd AT, ini skenario besar.
Maka harus ada rapat luar biasa...PMII seIndonesia menyikapi hal itu.
PB PMII kemudian menginstruksikan langkah2 taktisnya.
Karena point 3 ini sifatnya eksternal..dan melibatkan alumni HMI, maka disitu peran alumni PMII juga harus terlibat.
Ini skala nasional.
Bukankah banyak elit PBNU yg juga jebolan HMI? Atau paling tidak, banyak tokoh tokoh elit yg mengaku orang NU, sedangkan dia juga kader HMI.
Point 3 ini bukan melulu tugas PMII. Tp juga NU.
Jika NU, secara struktural tidak respek, maka perlu dikaji ulang hubungan antara PMII dan NU.
Untuk yg terakhir ini, dari duluu kasusnya mmg ibarat buah simalakama. Pentingkah PMII dimata NU? Atau pentingkah NU dimata PMII?
Saya mau bertanya pd sahabat2 ku sekalian...apa dan bagaimana paradigma Gerakan PMII hari ini?
Apakah masih Paradigma Kritis_Transformatif atau sudah berganti paradigma?
Di Kongres Kutai Kartanegara, Kaltim, saya bertarung habis habisan dg sahabat2 PMII yg lain ttg Paradigma Kritis Transformatif yg mau dihapus.
Untung...PMII msh ttp punya paradigma, waktu itu. Ini critanya panjang.
Terakhir, kaji ulang ASwaja sbg Manhaj Al Fikr. NDP dan Paradigma. Jgn berhenti dan final..jika tidak ingin mati dan beku ditelan zaman.
Kalian akan berhadapan dg sesama sahabat yg orientasinya politik praktis. Politik kekuasaan. Disitu, wacana dan kajian2 ilmiah dipinggirkan.
Mereka cenderung pragmatis dan berpikir jangka pendek. Asal dpt kekuasaan. Maka, PMII menjadi dangkal pemikirannya. Kadernya gampang kagetan. Ga bisa diajak mikir dalam dan njlimet. Ini ironisnya.
Hidupkan kembali diskursus lintas fakultas. TAPI BIARKAN TIAP RAYON PUNYA WACANA INTERN FAKULTAS.
Jika tidak ada diskursus Lintas Fakultas, kalian ga bisa menyikapi persoalan umum secara seragam, ini artinya PENGKOTAK KOTAK AN.
Pelemahan.
Perkuat kaderisasi.
Saya selalu memakai pendekatan personal dlm kaderisasi..tp jgn terjebak persoalan pribadi. Ini penting, berdasarkan pengalaman.😂
Kader PMII ada 2 tipe, kader akademis dan kader gerakan.
Masing2 punya kelebihan. Masing2 punya keterbasan.
Saran saya...bangun sinergisitas antara keduanya. Ini butuh kerja ekstra. Saya saja dulu harus mengorbankan salah satu. Alhamdulillah, saya ttp bisa menutupi dikemudian hari.
Bahasa dari Ivan Illich dan Paulo Freire, juga Antonio Gramsci..Ada Intelektual Akademik ada Intelektual Organik.
Dua2nya penting.
Sementara itu dulu.
Ada apa2 bisa dilanjut.
Epistemologi.
Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Struktur ilmu. Rancang bangun ilmu.
Pak Basri...tolong adek2 didampingi. Bekali mereka dg 2 pusaka, dobel wacana.
Akademik dan Gerakan.
Politik kekuasaan...yg digagas sejak era Cak Muhaimin sampe Nusron Wahid, sampe sekarang...bagi saya gagal...
Sebab2nya...kita perlu merenung dg jernih.
Mohon direnungkan.🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Komentar
Posting Komentar