Kita memang tidak pernah “merdeka” dari Orde Baru, peristiwa Reformasi 1998 bukanlah Revolusi 1998 karena hanya menawarkan perombakan bukan perubahan seperti halnya kepalanya putus, tapi tentakelnya masih bergerak, hidup, tumbuh, dan menggerogot sampai sekarang. Orde Baru juga bukan cuma figur, tapi cara berpikir contohnya Suharto emang sudah tiada tapi cara berpikirnya ditiru birokrasi sekarang. Ketimpangan, militerisme, delevomentalisme, patriarki semua plek-plekan subur dan dijaga betul sampai sekarang. Tapi jangan berputus-asa dan apa salahnya terus berharap? Harapan membuka jalan ke masa depan. Dengan berpegangan kepadanya, hidup tak mandek dalam jurang kejumudan dan keputusasaan. karena kalau kita mati miskin, itu bukan takdir, itu bukan nasib. Karena masa depan kita, ada di tangan kita.
Komentar
Posting Komentar